Jumat, 07 Oktober 2011

AKU INGIN JADI RAHWANA

AKU INGIN JADI RAHWANA
By. Era Zulkarnain [bangka, 28/8/2011]
PERISTIWA INI TERJADI DI SUATU TEMPAT
X; PENGAWAL
Y; PANGERAN

X: Bisakah sejenak untuk mengulas masa lalu?
Y: Kejadian yang telah berlalu begitu cepat. Mana bisa!?
X: Bisa kan saat ini. Sejenak.
Y: Bisa. Pasti bisa. Kenapa tidak!? Pasti bisa kalau kita mau berbesar hati.
X: Tidak usah terlalu emosi. Apalagi sedih. Tiada guna disesali. Masa depan masih luas menanti.
Y: Bukan. Bukan itu mauku. Ini bukan curhat.
Aku harus mengerahkan diri untuk mengeluarkan karya-karya yang membebani jiwa dan pikiranku. Aku harus belajar lagi lebih banyak. Pada siapapun, aku ingin belajar. Aku haus ilmu kehidupan. Aku ingin daya hidup dan daya cipta terus diolah. Kadang aku harus menahan diri. Terkadang pun harus mengerahkan diri. Ada yang bilang aku ini sudah jago bikin puisi. Hahaha, terimakasih atas pujiannya. Yah begitulah puisiku. Karya yang sulit diakui penulisnya. Puisi-puisi itu selalu menjerit minta pengkuan dari penulisnya. Lantas apa? Aku tahu bahwa mereka itu adalah puisi gelap. Muncul dari kegelapan dan kesunyian. Gelap gulita. Gelap dan tak ada cahaya. Ia hilang di telan kepribadian nomor dua.
X: Cinta yang kandas. Perahu yang bocor. Perahu cinta yang kehilangan layar. Angin sedang kencang. Menusuk tulang karena dinginnya. Pasir yang bersimbur. Memupur muka. Perih.
Y: Disini cinta asmara telah menjadi darah yang mengalirkan anak sungai dari kedua mataku. Aku tak bisa lagi menangis. Tetepian hatiku selalu lembab dengan rintihan malam. Cegukan kadang sekali waktu. Tak ada yang mengerokku saat masuk angin. Apa boleh bulat. Maksudku apa boleh buat, harus datang ke tukang urut.
X: Soalnya dengan begitu akan mudah kentut dan mengurangi cenut-cenut.
Y: Aku telah meninggalkan cintaku di seberang pulau. Aku telah mencarinya. Dia telah punya pacar.

X: Tak mengapa, baru pacar saja.

Y: Berdosakah bila ku mencintainya? Oh mengapa kita harus bersua, saat kau telah berdua. Seharusnya waktu itu, kuculik saja engkau. Aku ingin menjadi Rahwana saja yang rela mengorbankan harta dan tahtanya demi cintanya. Pada Sinta yang tak sempurna bersanding Rama.

X: Rahwana dan Sinta adalah pasangan yang serasi. Bersatunya antara kekasaran dan kelembutan, antara keburukan dan kebaikan, antara akal dan kalbu. Melebur jadi satu kekuatan sempurna.

Y: Dalam kesempitan kamar, mendobrak jendela dunia. Membongkar laci langit untuk mencari sesuatu,
hingga aku dapatkan sesuatu

X: Yah begitulah kawan. Mendobrak kepedihan. Merebut cinta sejati. Bergumul dengan asmara Sinta.  Menaklukkan dunia.